Jumat, 21 Agustus 2020

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

 

“Pengenalan Alat Laboratorium”

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI

 

 


 

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JEMBER

2020


BAB I. PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Bioteknologi merupakan interdisipliner yang melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain biologi, kimia, biokimia, biologi molekuler genetika, imunologi, dan mikrobiologi. Ruang lingkup bioteknologi sangat luas dan beberapa ilmuwan membagi ruang lingkup bioteknologi menjadi bioteknologi merah dan bioteknologi hijau. Bioteknologi merah yaitu cabang bioteknologi yang mempelajari aplikasi nioteknologi di bidang medis. Cakupannya meliputi tahan preventif, diagnosis, dan pengobatan. Sedangkan bioteknologi hijau berkaitan dengan aplikasi bioteknologi di bidang pertanian/pangan dan peternakan. Bioteknologi memanfaatkan sistem kehidupan dan organisme untuk mengembangkan atau membuat produk baru dengan memanfaatkan makhluk hidup atau hasil turunannya untuk menghasilkan atau memodifikasi produk atau proses untuk penggunaan tertentu (Wardani et al., 2017: 3-4).

Pengenalan alat dalam praktikum bioteknologi berguna untuk mengetahui berbagai macam alat yang akan digunakan dalam praktikum bioteknologi. Alat-alat laboratorium memiliki cara dan prinsip kerja yang berbeda-beda. Setiap penggunaan alat-alat tersebut harus sesuai dengan tata caranya agar tidak terjadi kerusakan maupun menimbulkan hal yang berbahaya. Pengenalan alat adalah langkah pertama sebelum melakukan praktikum atau percobaan, dengan begitu dapat mengetahui fungsi dari masing-masing bagian dari alat-alat tersebut serta cara penggunaannya. Sehingga akan memperlancar jalannya praktikum dan mengurangi kegagalan serta dapat meningkatkan ketelitian dan hasil praktikum sesuai dengan yang diharapkan.

1.2  Rumusan Masalah

1.2.1    Apa fungsi dari setiap alat dalam praktikum bioteknologi?

1.2.2    Bagaimana prinsip kerja setiap alat dalam praktikum bioteknologi?

1.2.3    Bagaimana cara kerja setiap alat dalam praktikum bioteknologi?

1.2.4    Bagaimana kelebihan dari setiap alat dalam praktikum bioteknologi?

1.2.5    Bagaimana kekurangan dari setiap alat dalam praktikum bioteknologi?

1.3  Tujuan

1.3.1    Untuk mengetahui fungsi dari setiap alat dalam praktikum bioteknologi.

1.3.2    Untuk mengetahui prinsip kerja setiap alat dalam praktikum bioteknologi.

1.3.3    Untuk mengetahui cara kerja setiap alat dalam praktikum bioteknologi.

1.3.4    Untuk mengetahui kelebihan dari setiap alat dalam praktikum bioteknologi.

1.3.5    Untuk mengetahui kekurangan dari setiap alat dalam praktikum bioteknologi.

 


BAB II. METODE

2.1 Alat dan Bahan

2.1.1 Alat

1.         Inkubator

2.         Inkubator Shaker

3.         Autoklaf

4.         Nanodrop

5.         Sentrifuge

6.         PCR (Thermalcycler)

7.         Elektroforesis

8.         LAF (Laminar Air Flow)

9.         Timbangan

10.     Heat Block

11.     Spektrofotometer

12.     Magnetic Stirer

13.     Kulkas

2.1.2 Bahan

          -

2.2 Langkah Kerja

     Demonstrasi alat-alat laboratorium yang digunakan dalam praktikum Bioteknologi.

 


BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Pengamatan

No

Gambar Alat

Nama Alat

Fungsi

1.

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014:17)

Inkubator

Menginkubasi biakan bakteri setelah diinokulasi.

2.

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014:18)

Inkubator Shaker

Untuk menginkubasi biakan bakteri serta menghomogenkan larutan yang memerlukan suhu dan kecepatan.

3.

 

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014: 25)

Autoklaf

Mensterilisasi basah alat maupun bahan pada suhu 121 ˚C dengan tekanan 15 atm.

4.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(Nugroho & Rahayu, 2018: 30)

Nanodrop

Mengukur kuantitas hasil isolasi DNA, RNA, maupun protein dan menderteksi kontaminasi sampel ( DNA murni jika memiliki rentang  A 260/ A 280).

5.

 

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014:12)

Sentrifuge

Memisahkan sampel atau suspensi menjadi supernatan dan pelet.

6.

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014:16)

PCR (Thermalcycler)

Memperbanyak (amplifikasi) potongan DNA secara in vitro pada daerah spesifik yang dibatasi oleh dua buah primer oligonukleotida.

7.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Horizontal

 

 

 

 

 

 

Vertikal

(Maftuchah et al., 2014:14-15)

Elektroforesis

Untuk memisahkan fraksi-fraksi suatu zat berdasarkan migrasi partikel bermuatan di bawah pengaruh medan listrik.

8.

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014: 5)

 

 

 

LAF (Laminar Air Flow)

Ruang untuk pengerjaan secara aseptik, yang menciptakan lingkungan atau suasana kerja steril dalam praktikum.

9.

 

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014:23)

Timbangan

Untuk mendapatkan nilai suatu besaran massa.

10.

 

 

 

 

 

(Marshall Scientific)

Heat Block

Memanaskan suspensi atau sampel.

11.

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014:19)

Spektrofotometer

Mengukur absorbansi menggunakan panjang gelombang tertentu.

12.

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014: 21)

Magnetic Stirrer

Menghomogenkan suatu larutan dengan pengadukan.

13.

 

 

 

 

 

 

 

 

(Maftuchah et al., 2014: 27)

Kulkas

Untuk penyimpanan media padat dan cair pada suhu 4˚C, sampel DNA, enzim dan ekstraksi pada suhu - 20˚C, dan hasil isolasi pada suhu – 80˚C.

 

3.2 Pembahasan

Praktikum tentang pengenalan alat dalam praktikum bioteknologi dapat diketahui alat-alat yang dipergunakan yang mana meliputi inkubator, inkubator shaker, autoklaf, nanodrop, sentrifuge, PCR (Thermalcyclear), eletroforesis, LAF (Laminar Air Flow), timbangan, heat block, spektrofotometer, magnetic stirrer, dan kulkas. Inkubator memiliki fungsi utama dalam mikrobiologi adalah untuk menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme, seperti pemeliharaan yang optimal suhu dan atmosfer (misalnya oksigen atau, sebaliknya, ketegangan karbon dioksida) (Bailey et al., 2018). Kelebihan dari inkubator ini yaitu dapat menginkubasi biakan bakteri setelah diinokulasi atau juga dapat digunakan sebagai alat sterilisasi kering, sedangkan kekurangannya yaitu tidak seperti inkubator shaker yang dapat menghomogenkan larutan yang memerlukan suhu dan kecepatan.

Prinsip kerja dari inkubator yaitu menginkubasi biakan dengan suhu terkontrol atau suhu optimum yang sesuai dengan tahap perkembangan dari biakan tersebut. Cara kerja dari inkubator yaitu menghubungan stop kontak pada sumber listrik, kemudian tekan tombol ON. Selanjutnya set waktu dan suhu sesuai dengan kebutuhan inkubasi. Kemudian masukkan media yang berisi bakteri, dan inkubasi sampai waktu yang telah ditentukan. Apabila telah selesai digunakan, matikan inkubator dengan menekan tombol OFF.

Inkubator shaker berfungsi untuk menginkubasi dan disertai dengan penggoyangan media (Maftuchah et al., 2014: 17).  Prinsip dari inkubator shaker untuk memberikan gerakan berputar terus menerus (Batori et al., 2017). Kelebihan dari inkubator shaker yaitu dapat menginkubasi sekaligus menghomogenkan larutan yang memerlukan suhu dan kecepatan. Cara penggunaan inkubator shaker yaitu dengan menghubungkan stop kontak dengan sumber listrik. Kemudian nyalakan alat dengan menekan tombol ON. Selanjutnya meletakkan Erlenmeyer pada inkubator shaker. Dan set waktu, suhu serta kecepatan sesuai dengan kebutuhan. Matikan alat apabila telah selesai digunakan.

Autoclave di laboratorium molekuler dipergunakan untuk sterilisasi alat gelas, microtip, aneka microtube, air, larutan, dan sebagainya. Prinsip sterilisasi dengan autoclave menggunakan uap panas yang bertekanan tinggi (Maftuchah et al., 2014: 24). Kelebihan dari autoclave yaitu dapat mesterilisasi alat atau bahan yang tahan terhadap panas maupun alat atau bahan yang tidak tahan terhadap panas. Sedangkan kekurangannya yaitu alat yang telah disterilkan dalam autoclave masih harus disterilkan secara kering dengan oven, karena autoclave hanya mensterilkan dalam keadaan basah saja.

Cara kerja alat autoclave dengan suhu dan tekanan tinggi yang diberikan pada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media menggunakan suhu 121˚C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15-30 menit. Alasan digunakan suhu 121˚C adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 Psi. Untuk tekanan 0 Psi pada ketinggian di permukaan laut, air akan mendidih pada suhu 100˚C. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 121˚C dan tekanan 15 Psi selama 15-30 menit. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam Autoclave semakin lama akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi Autoclave. Setelah semua udara dalam Autoclave diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam Autoclave naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan hingga mencapai 0 psi (Darsan et al., 2019).

Nanodrop adalah salah satu alat dalam praktikum bioteknologi yang digunakan untuk mengukur konsentrasi DNA yang sesuai. Prinsip kerja dari nanodrop ini menggunakan panjang gelombang. Dimana anatara DNA dan protein membutuhkan panjang gelombang yang berbeda. untuk DNA membutuhkan panjang gelombang 260 nm sedangkan untuk protein membutuhkan panjang gelombang 280 nm. Kelemahan dari nanodrop yaitu tidak dapat mengukur dsDNA atau  ssDNA ataupun RNA secara selektif dalam mengukur mengukur absorbansi total sampel. Pengukuran oleh nanodrop untuk larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah atau pengenceran yang lebih tinggi  memiliki keakuratan yang relatif rendah atau dapat dikatakan tidak akurat (Khetan et al., 2019). Kelebihan nanodrop dapat mengukur dan membaca konsentrasi DNA, RNA, dan protein.

Sentrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan larutan, mengendaptkan suatu zat terlarut (seperti DNA, RNA, sel dengan komponen-komponen penyusun dalam suatu suspensi) atau untuk mengumpulkan larutan yang terdapat di dinding tabung (eppendorf atau tabung reaksi) ke dasar tabung. Dalam pemakaian sentifuge, persyaratan utama yang harus diperhatikan adalah kesetimbangan dari bahan dan alat yang akan disentrifugasi (Maftuchah et al., 2014:12). Berdasarkan hal tersebut, kekurangan dari sentrifuge yaitu apabila alat atau bahan yang disentrifugasikan tidak seimbang maka alat tidak dapat berputar. Sedangkan kelebihannya yaitu dapat memisahkan atau endapan dalam waktu yang relatif cepat.

Prinsip operasi dasar sentrifuge adalah prinsip sedimentasi di mana rotator mempercepat gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel-partikel berat dalam sampel. Ini memungkinkan pemisahan reagen yang berbeda pada kecepatan yang berbeda untuk memberikan hasil secara instan (Patel et al., 2019). Cara penggunaan sentrifuge yaitu pertama meletakkan tabung yang berisi cairan dengan volume yang sama antara tabung satu dengan yang lain dan tempatkan bersebrangan. Kemudian tutup penutup sentrifuge sampai terkunci. Selanjutnya tekan tombol kecepatan dan waktu sesuai dengan kebutuhan. Tekan star pada sentrifuge yang memiliki tombol star, jika tidak ada tombol star begitu tombol waktu diputar, sentrifuge akan langsung berputar. Setelah berhenti, segera membuka penutup atau perlu menekan tombol berhenti. Berikutnya mengambil tabung sentrifuge, dan segera pindahkan sesuai dengan kebutuhan.

PCR merupakan suatu alat yang dipergunakan untuk mengamplifikasi atau menggandakan untaian basa-basa DNA yang dibatasi oleh pasangan primer pengapitnya melalui teknik pengaturan suhu dan penggunaan enzim tahan panas tinggi. Dalam proses amplifikasi tersebut, mesin PCR akan bekerja secara otomatis sesuai permintaan berapa suhu yang diperlukan untuk tahap denaturasi, annealing, maupun elongasi serta berapa siklus yang diperlukan sampai dengan proses PCR selesai (Maftuchah et al., 2014:15). Keuntungan menggunakan PCR adalah dapat mendeteksi DNA intacta serta puing-puing parasit. Kekurangannya yaitu penggunaan PCR real-time di negara-negara berkembang masih terbatas karena biayanya lebih tinggi (Incani et al., 2017). Prinsip kerja PCR menggunakan DNA polimerase, dNTPs, buffer, dan primer.

Untuk mengotomatiskan proses mikrofluida berbasis tetesan termasuk PCR berfungsi pada chip, tiga langkah utama diperlukan untuk melakukan on-chip mulus yaitu persiapan sampel  menangkap sel, menyortir, kultur, lisis, skrining toksisitas), thermo-cycling, dan selanjutnya operasi ( mendeteksi konsentrasi produk antara, hibridisasi dari sekuens DNA yang diamplifikasi). Saat sekarang, langkah-langkah ini sering terpisah dan mungkin off-chip juga. Meskipun perangkat PCR mikofluida otomatis telah dilaporkan, di mana Proses PCR tidak dilakukan dalam droplet, berlangsung menuju otomatis, sampel masuk & hasil keluar, dan berbasis tetesan sistem mikofluida aliran kontinu telah lambat karena tantangan penelitian yang menakutkan terkait dengan desain sistem dan operasi (Zhang & Jiang, 2016).

Elektroforesis adalah alat yang berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi suatu zat berdasarkan migrasi partikel bermuatan di bawah pengaruh medan listrik. Molekul DNA bermuatan negatif, sehingga jika molekul DNA ditempatkan pada medan listrik maka akan berpindah dari kutub negatif menuju kutub positif. Prinsip elektroforesis adalah perpindahan partikel-partikel yang bermuatan karena pengaruh medan listrik (Maftuchah et al., 2014:14).

Keuntungan dari elektroforesis memerlukan konsumsi bahan kimia yang lebih rendah, waktu analisis yang lebih singkat, dan efisiensi dalam pemisahan yang lebih tinggi. Kekurangannya yaitu rasio volume permukaan yang tinggi khas sistem miniatur menimbulkan fenomena elektrokinetik yang dikenal sebagai penekanan aliran aliran elektrosomik adalah wajib untuk pemisahan DNA yang efisien. Pelapisan microchannel diperlukan kecuali matriks pelapis diri seperti aspolymethylacrylamide digunakan untuk mengobati DNA. Karena kapiler dan microchip tidak dapat dibuang karena mahal dan kesulitan penyelarasan dengan pengaturan optik, degradasi pelapisan membatasi masa pakai mereka yang mengarah pada penurunan kinerja seiring waktu (Finetti et al., 2017).

LAF (Laminar Air Flow) sendiri merupakan suatu tempat atau meja kerja yang steril untuk melakukan kegiatan mulai dari persiapan bahan tanam, inokulasi atau penanaman dan pemindahan tanaman dari satu tempat ke tempat lain dalam satu kultur. Salah satu faktor yang menentukan di dalam keberhasilan kita melakukan uji inokulasi adalah kwalitas dari LAF itu sendiri terutama pada bahan lapisan filter HEPA (High Efficiency Particlate Air Filter) yang digunakan sangat mempengaruhi tingkat kesterilan ruang LAF, tiupan aliran udara dari blower juga tingkat kesterilan media, alat, juga kedisiplinan pengguna (Harjanto & Raharjo, 2019). Berdasarkan praktikum, prinsip kerja dari LAF yaitu dengan meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat keja bebas dari debu dan spora-spora yang mungkin jatuh ke dalam media waktu dilakukan pelaksanaan penanaman.

Adapun prosedur penggunaan Laminar air flow di laboratorium mikrobiologi yang baik yaitu mengacu pada SOP standar nasional, petunjuk keselamatan operasional harus diperkenalkan pada penggunanya, LAF tidak boleh digunakan jika tidak dalam kondisi yang baik, kaca yang digunakan untuk mengamati panel harus ditutup ketika LAF selesai digunakan. Alat dan bahan yang digunakan di dalam LAF terbatas jumlahnya dan harus di dekontaminasi dibagian permukaannya sebelum digunakan. Pembakar bunsen tidak boleh digunakan di dalam LAF karena panas yang dihasilkan bisa mempengaruhi aliran udara sehingga dapat merusak saringan. Lalu lintas di belakang operator harus diminimalisir. Permukaan LAFC harus dibersihkan menggunakan desinfektan yang sesuai, setelah pekerjaan diselesaikan. Kipas LAF harus dijalankan sedikitnya 5 menit (Harjanto & Raharjo, 2017). Kelebihan dari LAF yaitu pekerjaan dalam praktikum akan menjadi jauh lebih mudah, aman, juga tingkat kegagalan/ terkontaminasi sampel hasil uji sangat kecil (Harjanto & Raharjo, 2017). Kekurangan yaitu alat dan bahan yang digunakan di dalam LAF jumlahnya terbatas dan harga dari LAF mahal.

Timbangan analitik merupakan suatu peralatan yang dipergunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia yang diperlukan pada proses pembuatan media, pembuatan stok larutan dan lain-lain. Biasanya digolongkan berdasarkan kapasitas dan tingkat ketelitiannya. Timbangan analitik dengan tingkat ketelitian tinggi biasanya memiliki kapasitas maksimum yang rendah, sedangkan dengan kapasitas maksimum yang tinggi memiliki ketelitian yang rendah. Sebelum dan setelah penimbangan, alat penimbang harus dalam keadaan bersih. Penimbangan bahan kimia sebaiknya diletakkan di atas aluminium foil atau kertas minyak yang bersih (Maftuchah et al., 2014:23). Sebelum digunakan sebaiknya dikalibrasi terlebih dahulu agar hasil yang didapatkan sesuai.

Heat block telah dirancang untuk mengukur panas inaktivasi bakteri dalam makanan cair, semi-padat dan padat. Heat block juga terbuat dari aluminium dan dikembangkan untuk memberikan pemanasan seragam, kontrol yang baik dari tingkat pemanasan dan kedatangan pendek waktu untuk secara akurat menentukan resistensi panas bakteri dalam makanan. Berbeda dengan thermomixer di mana ada banyak sumur pada heat block, yang lainnya heat block memiliki beberapa desain sel yang dirancang untuk menempatkan sampel secara langsung kontak dengan aluminium, sehingga meningkatkan konduktivitas termal (Figueiredo et al., 2019). Kelebihan dapat memanaskan suspensi atau sampel dengan menggunakan microtube. Kekurangannya tidak dapat memanaskan dalam jumlah yang banyak. Prinsip kerjanya menggunakan mirotube dan block dengan suhu hingga 100˚C.

Spektrofotometer berfungsi mengukur absorbansi intensitas cahaya oleh zat kimia ketika cahaya datang melewati larutan sampel. Prinsip dasar spektrofotometer adalah bahwa spektrofotometer juga mencakup rentang wilayah ultraviolet (UV) (200-400 nm) selain rentang spektrum elektromagnetik yang terlihat. Tidak seperti merekam pembacaan absorbansi pada panjang gelombang yang ditetapkan seperti yang digunakan dalam colorimeter, absorbansi dapat direkam pada rentang panjang gelombang dalam spektrofotometer bahkan pada setiap rentang 5 atau 10 nm. Ini memberikan spektrum data bukannya memberikan pembacaan absorbansi spesifik (Kumar & Gill, 2018). Kelebihan spektrofotometer dalam mengukur rentang panjang gelombangnya mencapai 400 nm. Prinsip kerjanya dengan menggunakan sinar UV, blanko, dan kuvet sebagai tempat sampel.

Magnetic stirer berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan. Dalam alat magnetic stirer tersebut terdapat medan magnet eksternal yang aplikasikan ke pengaduk magnet dengan tujuan untuk mencampur solusi atau suatu larutan supaya menjadi homogen. Keuntungan dalam menggunakan magnetic strirer ini yaitu dapat mengurangi peggunaan pelarut yang akan digunakan. Selain itu penggunaan magnetic stirer ini juga dapat meningkatkan efisiensi dari proses ekstraksi (Yashashri et al., 2017).

Kulkas untuk penyimpanan reagen atau bahan-bahan kimia, larutan stok, serta biakan mikroba, yang memerlukan penyimpanan pada suhu dingin (Maftuchah et al., 2014: 27). Suhu 4˚C untuk menyimpan media padat dan media cair, – 20˚C untuk menyimpan sampel DNA, enzim dan ekstraksi, sedangkan pada suhu – 80˚C  untuk menyimpan hasil isolasi.  Prinsip kerja kulkas yaitu menghambat metabolisme dari bakteri. Kelebihan dari kulkas dapat menyimpan bahan kimia, mikroba atau stok larutan dalam waktu yang lama. Kekurangannya apabila listrik mati maka suhu dalam kulkas akan berubah.

 


BAB IV. PENUTUP

4.1 Kesimpulan

4.1.1 Inkubator berfungsi untuk menyediakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroorganisme. Inkubator shaker berfungsi untuk menginkubasi dan disertai dengan penggoyangan media. Autoclave dipergunakan untuk sterilisasi alat gelas, microtip, aneka microtube, air, larutan. Nanodrop digunakan untuk mengukur konsentrasi DNA yang sesuai. Sentrifuge digunakan untuk memisahkan larutan, mengendaptkan suatu zat terlarut (seperti DNA, RNA, sel dengan komponen-komponen penyusun dalam suatu suspensi). PCR dipergunakan untuk mengamplifikasi atau menggandakan untaian basa-basa DNA yang dibatasi oleh pasangan primer pengapitnya melalui teknik pengaturan suhu dan penggunaan enzim tahan panas tinggi. Elektroforesis berfungsi untuk memisahkan fraksi-fraksi suatu zat berdasarkan migrasi partikel bermuatan di bawah pengaruh medan listrik. LAF (Laminar Air Flow) berfungsi sebagai tempat atau meja kerja yang steril untuk melakukan kegiatan mulai dari persiapan bahan tanam, inokulasi atau penanaman dan pemindahan tanaman dari satu tempat ke tempat lain dalam satu kultur. Timbangan analitik dipergunakan untuk menimbang bahan-bahan kimia yang diperlukan pada proses pembuatan media, pembuatan stok larutan. Heat block untuk mengukur panas inaktivasi bakteri dalam makanan cair, semi-padat dan padat. Spektrofotometer berfungsi mengukur absorbansi intensitas cahaya oleh zat kimia ketika cahaya datang melewati larutan sampel. Magnetic stirer berfungsi untuk menghomogenkan suatu larutan. Kulkas untuk penyimpanan reagen atau bahan-bahan kimia, larutan stok, serta biakan mikroba, yang memerlukan penyimpanan pada suhu dingin

4.1.2 Prinsip kerja dari inkubator yaitu menginkubasi biakan dengan suhu terkontrol atau suhu optimum yang sesuai dengan tahap perkembangan dari biakan tersebut.Prinsip dari inkubator shaker untuk memberikan gerakan berputar terus menerus. Prinsip sterilisasi dengan autoclave menggunakan uap panas yang bertekanan tinggi. Prinsip kerja dari nanodrop ini menggunakan panjang gelombang. Prinsip operasi sentrifuge adalah prinsip sedimentasi di mana rotator mempercepat gaya sentrifugal untuk memisahkan partikel-partikel berat dalam sampel. Prinsip kerja PCR menggunakan DNA polimerase, dNTPs, buffer, dan primer. Prinsip elektroforesis adalah perpindahan partikel-partikel yang bermuatan karena pengaruh medan listrik. Prinsip kerja dari LAF yaitu dengan meniupkan udara steril secara kontinue melewati tempat kerja sehingga tempat keja bebas dari debu dan spora-spora yang mungkin jatuh ke dalam media waktu dilakukan pelaksanaan penanaman. Penimbangan bahan kimia sebaiknya diletakkan di atas aluminium foil atau kertas minyak yang bersih. Prinsip kerja dari heat block menggunakan mirotube dan block dengan suhu hingga 100˚C. Prinsip kerja spektrofotometer dengan menggunakan sinar UV, blanko, dan kuvet sebagai tempat sampel. Magnetic stirrer prinspi kerjanya dengan medan magnet eksternal yang aplikasikan ke pengaduk magnet dengan tujuan untuk mencampur solusi atau suatu larutan supaya menjadi homogen. Prinsip kerja kulkas yaitu menghambat metabolisme dari bakteri.

4.1.3  Cara kerja dari masing-masing alat berbeda tergantung fungsinya, kebanyakan alat-alat dalam praktikum bioteknologi menggunakan aliran listrik dalam penggunaanya.

4.1.4 Kelebihan dari inkubator ini yaitu dapat menginkubasi biakan bakteri setelah diinokulasi atau juga dapat digunakan sebagai alat sterilisasi kering. Kelebihan dari inkubator shaker yaitu dapat menginkubasi sekaligus menghomogenkan larutan yang memerlukan suhu dan kecepatan. Kelebihan dari autoclave yaitu dapat mesterilisasi alat atau bahan yang tahan terhadap panas maupun alat atau bahan yang tidak tahan terhadap panas. Kelebihan nanodrop dapat mengukur dan membaca konsentrasi DNA, RNA, dan protein. Kelebihan sentrifuge yaitu dapat memisahkan atau endapan dalam waktu yang relatif cepat. Keuntungan menggunakan PCR adalah dapat mendeteksi DNA intacta serta puing-puing parasit. Keuntungan dari elektroforesis memerlukan konsumsi bahan kimia yang lebih rendah, waktu analisis yang lebih singkat, dan efisiensi dalam pemisahan yang lebih tinggi. Kelebihan dari LAF yaitu pekerjaan dalam praktikum akan menjadi jauh lebih mudah, aman, juga tingkat kegagalan/ terkontaminasi sampel hasil uji sangat kecil. Kelebihan dari timbangan analitik dengan tingkat ketelitian tinggi dalam penimbangannya. Kelebihan heat block dapat memanaskan suspensi atau sampel dengan menggunakan microtube. Kelebihan spektrofotometer dalam mengukur rentang panjang gelombangnya mencapai 400 nm. Keuntungan dalam menggunakan magnetic strirer ini yaitu dapat mengurangi peggunaan pelarut yang akan digunakan. Kelebihan dari kulkas dapat menyimpan bahan kimia, mikroba atau stok larutan dalam waktu yang lama.

4.1.5 Kekurangan dari alat-alat praktikum bioteknologi tersebut banyak yang menggunakan listrik. Jadi apabila terjadi pemadaman maka alat-alat tersebut tidak dapat digunakan. Selain itu harga dari alat-alat tersebut relatif mahal, oleh sebab itu maka harus berhati-hati dalam penggunaanya agar tidak mengalami kerusakan.

4.2 Saran

Sebaiknya setiap penggunaan alat-alat dalam praktikum bioteknologi harus teliti, berhati-hati dan mengikuti tata cara dalam penggunaan alat-alat tersebut agar tidak terjadi kerusakan maupun menimbulkan hal yang berbahaya.


DAFTAR PUSTAKA

 

Bailey, A., N. Ledeboer, dan C. A. D. Burnham. 2018. Clinical microbiology is growing up the total laboratory automation revolution. Clinical Chemistry. 65(4): 1-10.

 

Batori, V., M. Jabbari., D. Akesson., P. R. Lennartsson., M. J. Taherzadeh, dan A. Zamani. Production of pectin cellulose biofilms a new approach for citrus waste recycling. International Journal of Polymer Science. 1(1): 1-10.

 

Darsan, H., S. I. Zulkarnain, dan R. Iksan. 2019. Program pembuatan alat autoclave untuk sterillisasi kemasan kaleng pada kelompok usaha bellia indah untuk produk ikan kemamah di kecamatan ulee kareng Kota Banda Aceh. Proceeding Seminar Nasional Politeknik Negeri Lhokseumawe. 3(1): 70-73.

 

Figueiredo, E. E. D. S., X. Yang., P. Zhang., T. Reuter, dan K. Stanford. 2019. Comparison of heating block and water bath methods to determine heat resistance in Shiga-toxin producing Escherichia coli with and without the locus of heat resistance. Journal of Microbiological Methods. 164: 1-5.

 

Finetti, C., L. Sola., J. Elliott, dan M. Chiari. 2017. Synthesis of hydrogel via click chemistry for DNA electrophoresis. Journal of Chromatography. 15(13): 226-234.

 

Khetan, D., N. Gupta., R. Chaudary, dan J. S. Shukla. 2019. Comparison of UV spectrometry and fluorometry-based methods for quantification of cell-free DNA in red cell components. Asian Journal of Transfusion Science. 13(2): 95-99.

 

Harjanto, S., dan Raharjo. 2017. Peran laminar air flow cabinet dalam uji mikroorganisme untuk menunjang keselamatan kerja mahasiswa di Laboratorium Mikrobiologi. Metana. 13(2): 55-57.

 

Harjanto, S., dan Raharjo. 2019. Peran laminar air flow cabinet dalam uji mikroorganisme bagi mahasiswa tugas akhir di Laboratorium Biokimia. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan. 1(1): 15-18.

 

Incani, R. N., E. Ferrer., D. Hoek., R. Ramak., J. Roelfsema., L. M. Gras., T. Kortbeek, dan E. Pinelli. 2017. Diagnosis of intestinal parasites in a rural community of Venezuela advantages and disadvantages of using microscopy or RT-PCR. Acta Tropica. 167: 64-70.

 

Kumar, V., dan K. D. Gill. 2018. Photometry Colorimeter and Spektrophotometer. Basic Concepts in Chlinical Biochemistry. 5: 17-10.

 

Maftuchah., A. Winaya, dan A. Zainudin. 2014. Biologi Molekuler. Yogyakarta: Deepublish.

 

Nugroho, E. D dan D. A. Rahayu. 2018. Pengantar bioteknologi (teori dan aplikasi). Yogyakarta: CV Budi Utama.

 

Patel, A. K., A. Jha., P. More., R. Henry., A. Patwardhan., J. Pawar, dan P. Viswanathan. 2019.  Design and development of low-cost portable centrifuge using additive manufacturing. International Journal of Applied Engineering Research. 14(1): 126-129.

 

Wardani, A. K., S. D. Wijayanti, dan E. Widyastuti. 2017. Pengantar Bioteknologi. Malang: UB Press.

 

Yashashri, H., J. Akshay., M. Laxmi., K. Sagar dan C. Prmod. 2017. Application of Magnetic Stirrer for Influencing Extraction Method on Tectona grandis as Analgesic Activity. International Journal of Pharmaceutical and Clinical Research. 9(9): 634-637.

 

Zhang, Y., dan H. R. Jiang. 2016. A review on continuous flow microfluidic PCR in droplets advances challenges and future. Analytica Chimica acta. 914: 7-16.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar